20 December 2023

10 Negara Penghasil Emisi Terbesar dari Penggunaan Lahan, Indonesia Peringkat 2

Indonesia menempati peringkat kedua sebagai penghasil emisi terbesar di dunia dari sektor penggunaan lahan. Laporan tersebut tertuang dalam laporan Global Carbon Budget 2023 yang penyusunannya dikoordinasikan oleh Global Carbon Project. Rata-rata emisi dari penggunaan lahan Indonesia mencapai 930 juta ton, menyumbang 19,9 persen dari total emisi alih fungsi lahan dunia. Bersama dengan Brasil dan Republik Demokratik (RD) Kongo, Indonesia menyumbang 55 persen dari total emisi sektor lahan dunia.

Dilansir dari siaran bersama organisasi masyarakat sipil yang mengutip laporan Global Carbon Budget 2023, puncak emisi di Indonesia terjadi pada 1997 akibat kebakaran gambut di Indonesia. Berikut 10 negara penghasil emisi terbesar dari penggunaan lahan menurut laporan Global Carbon Budget 2023. Brasil: 1,08 miliar ton karbon dioksida per tahun.

  1. Indonesia: 930 juta ton karbon dioksida per tahun
  2. RD Kongo: 570 juta ton karbon dioksida per tahun
  3. Malaysia: 150 juta ton karbon dioksida per tahun
  4. Tanzania: 140 juta ton karbon dioksida per tahun
  5. Vietnam: 140 juta ton karbon dioksida per tahun
  6. Myanmar: 120 juta ton karbon dioksida per tahun
  7. Meksiko: 110 juta ton karbon dioksida per tahun
  8. Angola: 110 juta ton karbon dioksida per tahun
  9. Etiopia: 100 juta ton karbon dioksida per tahun

Brasil menempati peringkat pertama sebagai negara penghasil emisi terbesar di dunia dari sektor penggunaan lahan dengan rata-rata emisi 1,08 miliar ton karbon dioksida per tahun. Dengan emisi sebesar itu, Brasil berkontribusi terhadap 23,1 persen dari total emisi alih fungsi lahan dunia. Di peringkat tiga ada RD Kongo dengan rata-rata emisi 570 juta ton karbon dioksida per tahun dari penggunaan lahan.

Negara di Benua Afrika tersebut berkontribusi 12,2 persen dari total emisi alih fungsi lahan dunia. Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan Nadia Hadad menyampaikan, besarnya emisi yang dihasilkan Indonesia tersebut memperlihatkan adanya kontradiksi antara data pemerintah dan ilmuwan. Dia mendesak transparansi data dari pemerintah yang disandingkan dengan data dari berbagian kajian global dan data yang dimiliki masyarakat sipil.

(sumber: Kompas.com)

Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: