25 August 2021

Indra Charismiadji: Pendidikan Kita Seperti Rice Cooker yang Dimasak di atas Kompor!

Berdasarkan evaluasi pemerintah, beberapa kota besar di Jawa – Bali mulai masuk ke Level 3 PPKM. Konsekuensinya banyak sekolah yang boleh membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan protokol kesehatan ketat. Program Radio Talkshow “Heartline Coffee Morning”, Edisi Rabu (25/8) mengangkat topik “Setujukah Anda dengan Pembelajaran Tatap Muka?” Program ini menghadirkan narasumber, seorang pengamat pendidikan Indra Charismiadji. Riama Silitonga menanyakan kepada Pak Indra, apa curhatan para Guru akhir-akhir ini terkait dengan berlangsungnya pendidikan daring di era pandemi.

Pada dasarnya mereka itu tidak paham bagaimana pedagogi digital. Jadi mereka hanya tahu pedagogi yang tradisional, cara mengajar di depan kelas. Ini kan sangat berbeda cara ngajarnya. Menanak nasi bisa pakai rice cooker, cara modern, tapi juga bisa pakai dandang. Dua-duanya kita sebut nasi. Tapi kalau terus masak nasi pakai rice cooker lalu rice cooker-nya kita taruh di atas kompor sampai kapanpun gak akan mateng nasinya.” Jawab Indra.

Indra Charismiadji mengkritik pola mindset pemerintah dan masyarakat yang berpikir bahwa Pembelajaran Tatap Muka adalah satu-satunya model pembelajaran yang terbaik dan mengganggap bahwa pola belajar daring tidak efektif. Menurut Indra, Kajian terhadap keefektifan sekolah daring sudah ada kajian akademisnya. “Contoh Harvard! Tahun 2014, mereka sudah membuat kajian tentang efektifitas sekolah virtual. Bahkan kajian ini dibuat selama 5 tahun, yakni dari tahun 2009. Mereka membandingkan sekolah yang tidak ada tatap mukanya sama sekali, atau 100 % daring dan sekolah tradisional. Hasilnya, lebih bagus yang daring.

Yang menjadi problem kita sekarang, menurut Indra, adalah pola pikir fixed mindset, yakni pola pikir yang tidak bertumbuh. “Semakin lama tidak ada pembelajaran tatap muka, maka semakin besar dampak negatif yang muncul.” Ulas Indra. “Daring itu jelek. Jadi mindsetnya ke situ. Semua orang ingin guru-guru kembali ke 2019, sebelum ada pandemi. Semua impiannya ke situ. Padahal itu bukan solusi tapi ilusi.

Menurut Indra, era sekarang sudah berbeda. “Bukan membandingkan mana yang lebih baik. Poinnya adalah dunia sudah berubah, dan kita nikmati yang ada. Kenapa harus kembali ke era jaman dulu.” Menyitir data yang dirilis oleh Lembaga Kajian dari Inggris, Center for Education and Economic yang melakukan penelitian tentang pendidikan di Indonesia tahun 2018, Indra mengatakan, “Kesimpulan dari penelitian ini sangat menggelitik. Anak Indonesia siap menghadapi abad ke-21, di abad ke-31. Kan begitu pandemi, kelihatan. Eranya era digital, tapi pendidikan indonesia masih sangat jadul.

Selengkapnya wawancara dengan Indra Charismiadji bisa didengarkan di tautan di bawah ini:

 [soundcloud id=’1112314615′ artwork=’true’ mini=’false’]

Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: