18 December 2023

“Ndasmu Etik!”

Kata “ndasmu etik” tiba-tiba menjadi viral. Bagi orang yang punya latar belakang budaya Jawa, mungkin akan lebih mudah memahami ungkapan ini. Tetapi bagi mereka yang berada di luar circle budaya Jawa, mungkin masih bertanya-tanya, kenapa ungkapan “Ndasmu etik” ini tiba-tiba jadi viral.

Kronologi

Ungkapan “Ndasmu etik” viral setelah diucapkan oleh Prabowo Subianto dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada hari Jumat minggu lalu (15/12/2023). Ungkapan ini bocor ke public dalam rupa potongan video. “Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndasmu etik!” sebut Prabowo Subianto di depan para kader Gerindra dalam video yang viral pada acara internal yang tertutup untuk media itu.

Ungkapan Prabowo ini untuk menanggapi proses debat capres yang berlangsung beberapa waktu lalu, dimana Capres Anies Baswedan menanyakan soal problem etik yang dirasakan oleh Prabowo terkait dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Majelis Kehormatan MK (MKMK) perihal batas usia capres-cawapres.

Karena sudah terlanjut viral, maka Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Juru Bicara Prabowo Subianto memberikan klarifikasi terkait kata-kata “Ndasmu etik” tersebut kepada public.  Menurut Dahnil, kata-kata itu hanya merupakan kelakar atau candaan semata. “Pak Prabowo senang bercanda, itu bercandaan Pak Prabowo ke kader-kader Gerindra, seribu persen bercanda,” ujar Dahnil Anzar Simanjuntak, pada Sabtu (16/12/2023).

Apa Arti Kata “Ndasmu”?

Dikutip dari Kamus Bahasa Jawa – Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), kata “ndasmu” berasal dari kata dasar “endhas” yang artinya “kepala”. Kata “endhas” termasuk dalam bahasa Jawa Krama Ngoko atau tingkatan yang paling kasar. Kata “endhas” biasanya dipakai sebagai umpatan, atau bisa juga ditujukan untuk hewan, misalnya “endhas” pitik (kepala ayam), “endhas” kebo (kepala kerbau), dan seterusnya. Kata yang lebih netral untuk menyebut “endhas” atau kepala dalam bahasa Jawa adalah “sirah” yang termasuk dalam bahasa Jawa Krama Madya. Sedangkan yang paling tinggi atau Krama Alus/Krama Inggil untuk menyebut kepala dalam bahasa Jawa adalah dengan kata “mustaka.”

Bahasa Jawa memang mengenal unggah-ungguh dalam pemakaiannya yang secara garis besar dibagi menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah Krama Ngoko atau tingkatan paling bawah yang digunakan untuk berkomunikasi dengan teman atau orang yang sebaya atau kepada orang yang lebih muda. Tingkatan kedua adalah tingkatan menengah yang disebut Krama Madya. Bahasa Jawa di tingkatan ini digunakan untuk menghormati orang yang setingkat atau setara dalam bahasa yang lebih sopan. Tingkatan ketiga adalah Krama Inggil atau Krama Alus, yakni bahasa Jawa yang sangat halus untuk digunakan kepada orang yang dihormati atau orang yang lebih tua sebagai bentuk sopan santun alias penghormatan.

Prabowo Subianto sebenarnya bukan sekali ini saja menyebut kata “endhas” dalam pernyataannya. Jelang Pilpres 2019 silam, mantan Danjen Kopassus ini menggunakan kata serupa untuk menyindir rival politiknya dalam persaingan capres kala itu, yakni Jokowi.

Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: