Swiftonomics
Konser Akbar Taylor Swift dengan judul Eras Tour sudah berlalu sejak awal bulan Maret ini di Singapura. Namun gema perbincangan dan diskusi tentang dampak konser Taylor Swift ini belum juga usai.
Saat ini muncul istilah Swiftonomics, artinya dampak ekonomi yang digerakkan karena konser mega Bintang Taylor Swift. Anda bisa bayangkan seorang artis saja bisa menarik penjualan 330 ribu tiket yang terjual dan bisa meningkatkan 30 persen permintaan akomodasi mulai dari tiket pesawat, hotel, pernak-pernik souvenir, makanan dan minuman, hiburan dan lain sebagainya.
Para ahli ekonomi kontemporer menilai, meskipun kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja namun untuk sebuah konser dengan artis sekaliber Taylor Swift, masyarakat mau merogoh koceknya demi berburu tiket. Bahkan tiket eras tour ini sudah ludes setahun yang lalu sejak tahun 2023 hanya dalam beberapa jam penjualan dan harus melalui pertempuran sengit untuk mendapatkannya. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 14,4 juta.
Baca juga: Konser Taylor Swift di Singapura Menguntungkan Perekonomian Indonesia
Tiket hanya salah satu aspek dari penggerak ekonomi yang menimbulkan multiplier effect sebab, sebagian besar penonton justru membelanjakan uangnya juga untuk pernak-pernik souvenir. Kita bisa hitung dari The Eras Tour sepanjang 2023, Swift menghasilkan Rp 3,1 triliun hanya dari penjualan suvenir. Adapun dari penjualan tiket, penyanyi ini mengantongi hampir Rp 16,3 triliun. Angka ini memecah rekor sebagai tur pertama yang mengantongi lebih dari 1 miliar dollar AS, seperti dikutip dari Forbes.
Kesuksesan konser Taylor Swift di Singapura hingga mendongkrak ekonomi negara tersebut sampai 30% tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah Singapura. Dengan cerdik pemerintah Singapura melalui Dewan Pariwisata Singapura telah membuat kesepakatan khusus dan ekslusif dengan promotor konser Swift, AEG Presents Asia agar konser Swift hanya diadakan di Singapura, dan tidak boleh diselenggarakan di negara lain di Asia Tenggara .Akibatnya para penggemar Taylor Swift yang dikenal dengan nama swifties yang berasal dari seluruh penjuru Asia Tenggara, berbondong-bondong datang ke Singapura, termasuk di dalamnya para swifties dari Indonesia. Dari sinilah, selain soal tiket yang laku keras, harga tiket pesawat, harga hotel dan seluruh akomodasi lainnya untuk para penonton konser yang sekaligus pelancong ini, harganya naik dan memberi efek ekonomi yang cukup besar. Singapura memanfaatkan negaranya sebagai hub ekonomi kreatif di Tengah negara-negara Kawasan asia Tenggara yang masih bergejolak di dalam negerinya secara politik.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari strategi jitu Singapura ini? Mereka melihat sebuah peluang ekonomi dari bisnis showbiz atau bisnis pertunjukan dan mengeksekusinya dengan baik. Ekonomi berbasis konser nampaknya akan menjadi top leading ekonomi jika dikelola dengan professional dengan dukungan pemerintah. Stadion-Stadion besar yang dibangun di Indonesia bisa disulap menjadi panggung – pangung konser yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat.
Kapan bangsa kita bisa fokus ke depan dengan menciptakan peluang-peluang dan terobosan baru untuk meningkatkan ekonomi masyarakat?
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: