Uang Jadi Sumber Kebahagiaan Keluarga Saat Ini?
Miris sekali! Dalam beberapa waktu ini kita membaca berita tentang kasus pembunuhan dan bunuh diri yang menimpa keluarga urban di Indonesia. Dari beberapa kasus terakhir, bisa disimpulkan bahwa penyebab utama kejadian tragis ini adalah: UANG.
Kasus pertama, ayah membunuh keempat anaknya setelah menganiaya istrinya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diberitakan, pasangan suami istri itu tak lagi bekerja, mereka hidup di rumah kontrakan dengan empat anak kecil. Uang tak ada, konflik antarpasangan makin membara, dan berujung keputusan di luar nalar. Sadis.
Kemudian, kasus seorang guru di Malang, Jawa Timur, yang membunuh anak dan istrinya lalu bunuh diri di rumah kontrakannya. Alasannya karena terjerat utang.
Kabar buruk lainnya datang dari Penjaringan di Jakarta Utara. Seorang ayah menganiaya anak lelakinya yang baru berusia 11 tahun hingga tewas. Keluarga itu hidup di kawasan padat dengan lebar gang sekitar satu meter. Keributan berbuntut maut itu pemicunya sepele, si anak ditegur tetangga setelah menyerempet anak lain. Sang ayah yang seorang buruh di pelabuhan ikut menegur anaknya dengan kemarahan luar biasa. Ledakan emosi ayah di Penjaringan dan di Jagakarsa tak sekali saja terjadi. Tekanan emosional dinilai telah menumpuk lama.
Status para keluarga bermasalah yang masih mengontrak rumah identik dengan warga pendatang. Fenomena tersebut bisa dikatakan cukup lazim di perkotaan. Beban sebagai pendatang yang berjarak dari sanak saudara memperberat persoalan individu ataupun keluarga.
Biaya Hidup yang Tinggi
Tinggal di kota memang tidak mudah, apalagi murah. Meskipun hidup di kota besar penuh dengan peluang, tapi biaya hidup juga sangat tinggi. Inilah yang memberi tekanan terhadap kesehatan mental seseorang.
Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dari Badan Pusat Statistik yang dirilis pada 12 Desember 2023 menunjukkan biaya hidup rumah tangga di Jakarta Rp 14,9 juta per bulan. Di Surabaya, Jawa Timur, butuh biaya hidup Rp 13,4 juta per bulan. SBH 2022 ini merujuk pada biaya rumah tangga beranggotakan 2-10 orang dengan minimal satu orang yang bekerja.
Padahal, di Jakarta, UMP 2024 telah diteken, yaitu Rp 5,067 juta per bulan. Dengan upah sebesar itu, jika hanya suami atau istri saja yang bekerja untuk menghidupi keluarga dengan dua anak tentu masih akan serba kekurangan.
Jika tulang punggung tunggal dalam suatu keluarga dengan empat anggota berpenghasilan Rp 15 juta per bulan, kehidupan mereka pun masih terbilang pas-pasan. Apalagi bila tidak diimbangi kemampuan mengelola keuangan yang baik atau bergaya hidup ”lebih besar pasak daripada tiang”, maka akan menjadi ancaman bom waktu saja.
Hidup Sederhana
Menyikapi kehidupan ekonomi yang semakin berat, maka keluarga harus melakukan pola hidup yang sederhana. Hidup di bawah standar penghasilan per bulan akan membuat kehidupan mental keluarga menjadi lebih baik. Memperkuat kehidupan rohani pribadi dan seluruh anggota keluarga agar fokus kepada nilai-nilai juga menjadi cara menyikapi tawaran dunia materi yang menggiurkan.
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: