30 September 2024
Pernikahan Dini dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Pernikahan Dini dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Radio Tangerang Heartline FM – Pernikahan dini merupakan isu sosial yang masih sangat relevan di Indonesia. Praktik ini merujuk pada pernikahan yang terjadi pada individu yang belum mencapai usia dewasa, biasanya di bawah 18 tahun. Meskipun beberapa masyarakat menganggap pernikahan dini sebagai bagian dari tradisi, dampak negatifnya terhadap kesehatan fisik dan mental individu, terutama perempuan, sangat serius. Dalam siaran “Ngobres” (Ngobrol Sehat) di radio Heartline FM Tangerang, Dr. dr. Cashtry, M. Kes, M. Ked menjelaskan berbagai aspek dari pernikahan dini dan bagaimana hal tersebut berdampak pada kesehatan individu. Salah satu dampak paling mencolok dari pernikahan dini adalah risiko kesehatan reproduksi yang tinggi. Remaja perempuan yang menikah muda sering kali mengalami kehamilan dan persalinan di usia yang sangat muda. Dr. Cashtry menjelaskan bahwa perempuan yang melahirkan sebelum usia 18 tahun lebih rentan terhadap berbagai komplikasi kesehatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia, perdarahan, infeksi, dan masalah lain selama kehamilan. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi juga meningkat secara signifikan dalam kasus pernikahan dini. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan dini tidak hanya berisiko bagi ibu, tetapi juga mengancam kesehatan dan keselamatan bayi yang dilahirkan.
ADVERTISEMENT




Kesehatan mental juga menjadi perhatian utama dalam konteks pernikahan dini. Dr. Cashtry menggarisbawahi bahwa remaja yang menikah di usia muda sering kali mengalami tekanan emosional dan mental yang berat. Mereka dipaksa untuk mengambil tanggung jawab yang seharusnya tidak mereka pikul pada usia tersebut, yang dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Ketidakmatangan emosional dan kurangnya dukungan sosial dalam pernikahan muda sering kali memperburuk situasi ini. Remaja yang menikah dini mungkin merasa terisolasi dan tidak memiliki akses ke jaringan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Selain masalah kesehatan fisik dan mental, pernikahan dini juga seringkali berdampak negatif pada pendidikan. Dalam siaran tersebut, Dr. Cashtry menyoroti bahwa pernikahan dini sering kali menyebabkan putus sekolah, terutama bagi perempuan. Setelah menikah, banyak perempuan yang terpaksa meninggalkan pendidikan mereka untuk memenuhi tuntutan rumah tangga. Ketidakmampuan untuk melanjutkan pendidikan menyebabkan perempuan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik di masa depan. Dengan demikian, pernikahan dini tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT





Pernikahan dini juga berhubungan erat dengan masalah ekonomi. Dr. Cashtry menjelaskan bahwa pasangan muda yang menikah biasanya belum siap secara finansial. Mereka mungkin tidak memiliki keterampilan untuk mengelola keuangan atau menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Ketidakstabilan ekonomi ini dapat menambah beban stres dan mengurangi akses mereka terhadap pelayanan kesehatan yang memadai. Kurangnya sumber daya finansial dapat membuat pasangan muda sulit untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang diperlukan, yang dapat berkontribusi pada masalah kesehatan jangka panjang. Dalam diskusi tersebut, Dr. Cashtry menekankan pentingnya pendidikan dan penyuluhan untuk mencegah pernikahan dini. Banyak remaja yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi dan konsekuensi dari pernikahan dini. Edukasi yang baik tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak individu dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik dan memahami risiko yang terlibat. Dr. Cashtry merekomendasikan agar pendidikan tentang kesehatan reproduksi dimasukkan dalam kurikulum sekolah, sehingga remaja memiliki akses ke informasi yang tepat dan relevan.
ADVERTISEMENT




Penting juga untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam upaya pencegahan pernikahan dini. Dalam siaran “Ngobres”, Dr. Cashtry mengajak orang tua untuk lebih aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang lebih matang. Keterlibatan komunitas dalam diskusi tentang pernikahan dini dan dampaknya juga sangat penting untuk mengubah pandangan dan sikap masyarakat terhadap praktik ini. Selain pendidikan dan dukungan sosial, penegakan hukum yang ketat terhadap pernikahan dini juga diperlukan. Dr. Cashtry menjelaskan bahwa pemerintah harus menerapkan undang-undang yang melarang pernikahan di bawah usia yang ditetapkan. Penegakan hukum yang efektif dapat membantu mengurangi angka pernikahan dini dan melindungi remaja dari risiko kesehatan yang terkait. Dalam hal ini, kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi remaja.

Pernikahan dini adalah masalah kompleks yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental individu, terutama perempuan. Melalui edukasi yang tepat, dukungan komunitas, dan penegakan hukum yang efektif, kita dapat bersama-sama berupaya mengurangi angka pernikahan dini dan melindungi kesehatan remaja. Siaran “Ngobres” bersama Dr. dr. Cashtry, M. Kes, M. Ked menjadi platform penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu ini dan mendorong tindakan kolektif demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: