Kanjuruhan dan Arete Sepak Bola!
Radio Tangerang Heartline FM – Kanjuruhan menjadi nama yang akan diingat oleh miliaran orang di dunia selama batas waktu yang tak terbatas. Tragedi sepakbola yang sangat memilukan, memakan ratusan nyawa melayang. Dan itu terjadi di kanjuruhan, Indonesia.
Sepak Bola sesungguhnya bukan sekedar urusan teknik menyepak bulatan Bola. Oleh sebagian orang, Bola adalah dunia dan kehidupan. Ronaldinho, pemain asal Brasil yang pernah disebut “Dewa Sepak Bola” pernah berujar, “I learned all about life with a ball at my feet.” Demikianlah bulatan Bola dengan diameter 21-22,5 cm dan berat 410-450 gram itu sudah bertransformasi menjadi sebuah kekuatan raksasa sehingga mampu merubah nasib seseorang dan sebuah bangsa. Bill Shankly mengatakan kalau Sepak Bola bahkan jauh lebih besar dari persoalan hidup dan mati, “Some people think football is a matter of life and death. I assure you, it’s much more serious than that.”
Sepak Bola masuk dalam daftar olahraga tertua, karena sudah ditemukan sejak tahun 2.500 SM yang lalu di Tiongkok (kala itu bernama Tsu Chu). Dan karena tertua, dari Sepak Bola seharusnya kita bisa belajar sesuatu, tentang kebijaksanaan, moral dan kemanusiaan, bukan sebaliknya tentang kebrutalan dan kekerasan. Olahraga, di tanah asalnya, Yunani, adalah laga untuk mempraktekkan moralitas tertinggi sebagai manusia. Kecintaan manusia Yunani Kuno pada masanya, seperti dipotret oleh puisi-puisi Homer, yakni dengan dibangunnya theater dan fasilitas olahraga di setiap kota, menjadi panggung untuk menampilkan keindahan, bukan saja fisik, tetapi moralitasnya agar layak mendapatkan hadiah. Kata Yunani “athletés” (atlet) berarti seseorang yang berkompetisi untuk mendapatkan sebuah hadiah.
Salah satu orang bijak bestari di Yunani Kuno adalah Plato. Jika kita datang kepadanya dan bertanya, olahraga yang baik itu yang seperti apa? Maka Plato pasti akan merujuk kepada ajarannya tentang 3 level kehidupan.
Level kehidupan yang paling rendah adalah kondisi jiwa yang didorong oleh nafsu lahiriah. Di level ini olahraga dimaknai hanya soal bagaimana mendapatkan hal-hal materiil, seperti mendapatkan piala. Apapun akan dilakukan agar bisa memenangkan kompetisi. Hadiah materi lebih utama daripada etika.
Di level kedua, olahraga yang baik, menurut Plato, menyangkut ranah emosional seseorang. Olahragawan bertarung untuk mengobati kehampaan dalam jiwanya, yakni ingin mendapatkan penghargaan dan kemuliaan. Mereka mengejar nama baik, popularitas dan harga diri.
Level yang paling sempurna dari olahraga, menurut Plato, adalah olahraga yang digerakkan oleh akal (dunia ide). Di level ini, olahraga bukan lagi, semata-mata, bersaing dengan kontestan lain. Perkara utama bagi olahragawan bukanlah mengalahkan orang lain, tetapi mengalahkan dirinya sendiri.
Dalam pandangan Plato, olahraga yang baik adalah olahraga yang dilakukan untuk menghampiri dunia ide yang sempurna, yakni kepada kepuasan yang sejati. Olahraga lantas tidak lagi terbatas pada hal-hal yang fisik, tetapi melampauinya dan menyentuh kepada sesuatu yang bernilai kekal. Karena itu, dalam pandangan Plato, olahraga bisa menjadi sarana untuk menggapai level manusia yang bernilai sempurna. Bagi Plato, dalam setiap kompetisi justru memberi kesempatan kepada olahragawan untuk menunjukkan Areté-nya, yakni keutamaan hidupnya berdasarkan nilai-nilai kebaikan yang ia yakini. Kemenangan atas suatu pertandingan bukan sekedar representasi dari superioritas kekuatan fisik seseorang, tetapi juga gambaran dari Areté atlet tersebut.
Inilah keunggulan sejati bagi sosok olahragawan pada zaman itu. Mereka tidak hanya ingin sekedar mendapatkan kemenangan, tetapi juga merebut kehormatan. Karena itulah gairah untuk bertanding (agon) begitu besar, bukan untuk menggapai yang materiil, tetapi untuk menyentuh yang spirituil.
Itulah sebabnya kompetisi olahraga yang pertama di Gunung Olympus disebut “Competitions for a Wreath” (stefanitis agon) dan bukan “Competitions for Money” (chrematitis agon)! Di dalam gairah untuk bertanding (agon) termaktub kreativitas, penyingkapan akan kebenaran (alethéia) dan upaya memperoleh kemenangan dan kehormatan.
Jose – Yusuf Marwoto
* * *
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: