BI Pastikan Deflasi 3 Bulan Berturut-turut Bukan Tanda Resesi
Radio Tangerang Heartline FM – Bank Indonesia (BI) menjelaskan, terjadinya deflasi selama tiga bulan terakhir bukan tanda ada resesi. Melainkan, deflasi yang dialami Indonesia dalam kurun waktu tersebut disebabkan oleh penurunan inflasi pada komponen harga pangan bergejolak.
Diketahui, resesi dapat terjadi lantaran disebabkan oleh beberapa hal di antaranya guncangan ekonomi mendadak. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, mengatakan meskipun komponen volatile food terkoreksi di bawah 5 persen, padahal sebelumnya mencapai 9 persen. Namun, inflasi inti tetap stabil lantaran ekspektasi yang terjaga dan kapasitas ekonomi yang mencukupi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, menyebutkan deflasi biasanya dipengaruhi oleh koreksi komponen harga pangan bergejolak. Bahkan beberapa waktu lalu inflasi harga pangan yang tinggi telah menyebabkan kekhawatiran terhadap masyarakat terkait ketahanan pangan dalam negeri.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut bukan pertama kalinya dialami Indonesia. Sebelumnya, Indonesia pernah mengalami deflasi serupa saat pandemi Covid-19 pada 2020.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menekankan deflasi tidak selalu menunjukkan pelemahan daya beli. Menurutnya, perlu analisis lebih mendalam untuk menilai kondisi daya beli masyarakat.
Sumber Foto:
Bank Indonesia (BI) menjelaskan, terjadinya deflasi selama tiga bulan terakhir bukan tanda ada resesi.(Liputan6.com/Angga Yuniar)
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: