Biar Tak Ngantuk Berujung Maut, Begini Jurus Jitu Nyetir Aman di Jalan Tol
Radio Tangerang Heartline FM – Baru-baru ini, Isuzu Elf yang membawa puluhan penumpang menghantam truk tronton di Tol Boyolali, Jawa Tengah. Imbasnya, enam orang dilaporkan tewas dan 14 lainnya luka-luka. Menurut laporan polisi, kejadian tersebut disebabkan sopir Isuzu Elf yang mengantuk.
Rasa kantuk yang muncul tiba-tiba kerap menjadi ‘pembunuh’ mematikan di jalan tol. Sebelum insiden maut Boyolali, kondisi tersebut sudah menyebabkan kecelakaan-kecelakaan lain di Indonesia.
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menjelaskan, tubuh manusia ada batasnya. Khusus untuk pengemudi, letih dan kantuk muncul ketika perjalanan jauh menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen tubuh tak lancar.
“Perjalanan jarak jauh memang menguras tenaga dan pikiran. Selain capek atau letih, ngantuk pasti menghantui. Hal itu disebabkan oleh kondisi pengemudi yang hanya duduk sepanjang waktu perjalanan sehingga darah dan oksigen tidak bersirkulasi dengan lancar di dalam tubuh,” ujar Sony.
Sony kemudian membagikan ‘jurus jitu’ berkendara di jalan tol. Menurutnya, ada pembagian istirahat ideal ketika mengemudi jarak jauh. Istirahat pertama cukup sebentar, kemudian istirahat-istirahat berikutnya harus lebih lama. Sebab, makin jauh perjalanan, tubuh makin terasa lelah.
“Untuk itu dibutuhkan waktu istirahat yang optimal dalam me-refresh otot, otak dan syaraf. Metodenya bisa 15 menit, 30 menit atau 1 jam, dan masing-masing dibagi tiga dalam me-refresh otot, otak dan syaraf. Istirahat tidak perlu lama-lama yang penting sesuai dengan kebutuhan,” ungkapnya.
Seandainya ada penumpang di kursi samping atau belakang, pastikan bisa memantau kondisi pengemudi selama berada di perjalanan. Sebab, meski tubuh terlihat bugar, rasa kantuk bisa muncul kapan saja.
“Kecelakaan rata-rata terjadi karena hal-hal yang tidak disengaja. Oleh karena itu, siapa pun pengemudinya tetap butuh pengawasan, baik orang terdekat atau bahkan nggak dikenal,” tuturnya.
“Kadang penumpang merasa driver yang sudah memiliki SIM pasti kompeten atau sehat secara fisik sehingga dianggap mampu. Pada kondisi-kondisi tertentu, kadang butuh teguran dan pengawasan dari penumpang. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah,” kata Sony menambahkan.
Sumber: detik.com
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: