Mengungkap Kesalahpahaman Tentang Asma
Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D. menyampaikan informasi dari World Health Organization (WHO) dan Global Asthma Network (GAN) bahwa jumlah pasien asma di dunia diprediksi mencapai 334 juta jiwa dan kemungkinan akan melonjak hingga 400 juta jiwa di tahun 2025. Manifestasi virus asma dapat dikendalikan. Perilaku pencegahan diperlukan terhadap paparan faktor risiko asma, seperti paparan alergen dari tungau, bulu binatang, debu, asap rokok, udara dingin, dan sebagainya.
Dante menambahkan, pencegahan lebih diutamakan dari pengobatan. Dalam pengendalian asma, diperlukan penguatan promosi kesehatan dan perlindungan population risk asma yg efektif yang didukung regulasi melalui health in all policies untuk menjamin terlaksananya secara integratif melalui triple acts (active cities, active community, active citizen).
Menurut dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P (K), dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada seseorang dengan asma yang tidak terkontrol maka bisa menyebabkan adanya infeksi virus seperti COVID-19 yang pada akhirnya menjadi pencetus gejala asma menjadi bertambah berat. Untuk mencegahnya, asma perlu dikendalikan sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, hindari pencetus asma, dan memakai obat-obatan secara optimal sesuai anjuran dokter.
“Memang kalau penyakit asma atau saluran pernapasan kronis lainnya ketika terkena COVID-19 maka penyakit ini bisa menyulitkan dan memperberat infeksi,” ungkap dr. Feni.
“Ketika asma yang dialami bisa terkontrol dengan baik, tidak ada keluhan sama sekali maka asma yang seperti itu tidak meningkatkan risiko tertular COVID-19,” ujar Dr. dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FCCP, FINASIM, dari Perhimpunan Respirologi Indonesia (Perpari).
Dr. Arto juga tak ingin mitos dan kesalahpahaman mengenai asma semakin menyebar di masyakarat karena akan berakibat pada tidak optimalnya manfaat kemajuan tata laksana asma yang dijalani oleh para penyandang asma.
Di samping banyaknya mitos mengenai asma, tidak jarang tersebar persepsi yang salah mengenai asma pada anak. Menurut Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.AK, adalah salah bahwa olahraga tidak diperbolehkan bagi penderita asma. Dr. Bambang menegaskan bahwa memang olahraga harus dihindari saat penderita asma sedang terserang serangan asma. Namun, jika penderita asma dalam keadaan normal tanpa serangan asma, maka justru dianjurkan berolahraga.
Prof. Bambang melanjutkan bahwa selama meminum obat asma, tidak perlu dilakukan pencegahan. Pencetus asma yang paling sering ditemukan adalah asap rokok, debu, makanan tertentu, kehujanan, riwayat alergi dan sebagainya. Diagnosis asma dapat ditemukan dari kasus batuk berulang terutama pada malam hari dan sembuh dengan obat pelega, dan ada riwayat alergi, serta timbul karena pencetus.
Beliau juga menambahkan, pencegahan terhadap pencetus asma merupakan tata laksana utama di samping obat asma. Obat semprot/hisap diberikan untuk mencegah serangan asma dan tidak menimbulkan efek ketergantungan. Anak dengan asma juga dapat bertumbuh seperti anak lainnya dan mampu berkembang sesuai potensi genetiknya.
Ketua Umum Yayasan Asma Indonesia (YAI), Poppy Hayana Isman mengungkap bahwa banyak penyandang asma yang tidak mampu dengan layak, misalnya dikucilkan secara sosial karena tidak mampu mengetahui pencetus serangan asma. Yayasan Asma Indonesia yang merupakan organisasi nirlaba didirikan tahun 1986 untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan bagi penderita asma.
Yayasan Asma Indonesia memiliki cabang di 17 wilayah dan masih berupaya mengembangkannya ke banyak wilayah lain di Indonesia agar lebih mudah mengulurkan bantuan kepada para penderita asma yang tidak tertangani. Untuk mengendalikan asma, Ketum YAI itu juga menghimbau para penyandang asma untuk melakukan senam asma. Dirinya yang juga penderita asma mengaku bahwa memang sulit untuk membantu para penderita asma jika mereka tidak mengetahui pencetusnya.
Dengan mengetahui angka penyandang asma semakin meningkat, diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengendalian asma. Jangan biarkan asma menghambat aktivitas kita. Mari, cegah asma dan ketahui pencetusnya! [JAW_HL]
Ikuti media sosial Radio Heartline FM Tangerang: