Bucin: Cinta atau Obsesi??
Radio Tangerang Heartline FM – Dalam siaran Sketsa Keluarga Indonesia di HeartlineFM, Lex dePraxis membahas fenomena “bucin” atau “budak cinta,” istilah yang semakin populer untuk menggambarkan seseorang yang terlalu terobsesi dengan pasangannya. Dalam konteks ini, Lex mengajak pendengar untuk merenungkan apakah perilaku bucin ini merupakan bentuk cinta yang sehat atau justru tanda obsesi yang tidak baik. Lex menjelaskan bahwa cinta sejati harus bersifat saling mendukung dan membangun, bukan mengorbankan kesejahteraan pribadi demi menyenangkan pasangan. Dalam hubungan yang sehat, kedua pihak tetap memiliki ruang untuk berkembang secara mandiri dan saling menghargai batasan masing-masing. Namun, perilaku bucin sering kali menyebabkan seseorang kehilangan identitasnya dan mengabaikan kebutuhan pribadi demi memprioritaskan pasangan. Ini bisa menimbulkan hubungan yang tidak seimbang, di mana salah satu pihak selalu berkorban tanpa mendapatkan hal yang sama.
Salah satu tanda perilaku bucin, menurut Lex, adalah ketakutan yang berlebihan akan kehilangan pasangan. Orang yang bucin sering kali merasa cemas bahwa jika mereka tidak memberikan segalanya, hubungan akan berakhir. Rasa takut ini mendorong mereka untuk menyerahkan diri sepenuhnya, bahkan jika itu merugikan kesejahteraan fisik dan mental mereka. Namun, Lex mengingatkan bahwa cinta sejati tidak seharusnya didasarkan pada rasa takut atau ancaman, melainkan pada kepercayaan dan komitmen yang dibangun bersama.
Dalam siaran ini, Lex dePraxis juga memberikan beberapa tips bagi mereka yang mungkin terjebak dalam perilaku bucin. Ia menyarankan untuk mengevaluasi hubungan secara jujur—apakah hubungan tersebut membawa kebahagiaan dan pertumbuhan, atau malah menimbulkan tekanan dan kehilangan jati diri. Jika seseorang merasa selalu cemas, tertekan, atau tidak bisa menjadi diri sendiri, itu bisa menjadi tanda bahwa hubungan tersebut lebih merupakan obsesi daripada cinta yang sehat. Menetapkan batasan yang jelas antara kebutuhan pribadi dan komitmen kepada pasangan juga penting untuk menjaga keseimbangan.
Lex menekankan bahwa cinta yang sehat tidak harus mengorbankan harga diri atau kebebasan individu. Cinta adalah tentang memberi dan menerima dengan keseimbangan, serta mendukung pasangan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Menghindari perilaku bucin dan membangun hubungan yang berdasarkan saling pengertian, komunikasi, dan kepercayaan akan menciptakan kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan bagi kedua pihak.
Siaran ini memberi pencerahan bagi pendengar untuk lebih waspada terhadap perilaku bucin dan bagaimana cara mengenali perbedaan antara cinta yang tulus dengan obsesi yang berlebihan.